Anda belum login :: 26 Nov 2024 12:36 WIB
Detail
ArtikelSistem Tataniaga Ayam Buras di Kotamadya Blitar  
Oleh: Suprih B. ; Ngapuli, P. ; Fatimah, S. ; Haryono, M.B.
Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional
Dalam koleksi: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences) vol. 12 no. 1 (2000), page 18-28.
Topik: KEBIJAKAN PERNIAGAAN; tataniaga; ayam buras
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: JJ62
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
Isi artikelAyam buras (bukan ras) yang lebih dikenal dengan ayam kampung berpotensi sangat besar dikembangkan. Pemerintah, melalui berbagai kebijaksanaan telah berupaya merealisai potensi itu. Hasilnya belum speerti yang diharapkan. Ini terlihat dari perkembangannya (6.5% per tahun) yang jauh tertinggal dari ayam ras yang berkembang 12,5% per tahun selama kurun waktu tahun 1986 - 1994. Akibatnya upaya peningkatan taraf hidup petani - peternak prdusen melalui pengembangan aram buras belum tercapai, sehingga pada gilirannya dapat berperan sebagai faktor pendorong bagi peningkatan populasi ayam buras di masa datang. Atas dasar uraian - uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana menciptakan sistem tataniaga ayam buras yang efisien yang dapat memberikan insentif bagi peternak - peternak produsen dalam berproduksi dan konsumen dalam membeli dengan jumlah lebih banyak, sehingga pada gilirannya dapat berperan sebagai faktor pendorong bagi peningkatan populasi ayam buras di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat efisiensi sistem tataniaga ayam buras dan mencari alternatif upaya pengembangan sistem tataniaga ayam buras yang lebih efisien di kotamadya blitar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan npember 1996 dengan memilih lokasi di pasar kotamadya blitar dan sampel yang terdiri dari petani peternak 153, pedagang pengumpul keliling 14, usaha pemotngan 7, pedagang pengecer menetap 11, pedagang pengecer keliling 22, pedagang pengumpul menetap / pengecer 4 dan para konsumen 132, waktu pengamatan dilakukan selama lima hari untuk usaha pemotongan dan pedagang di pasar. Pemilih sampel dengan metode accidental sampling dan pengumpulan data dengan metode wawancara dan observasi langsung. Selanjutnya data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis dengan metode statistika deskriptif. Pada sistem tataniaga ayam buras di kotamadya blitar ditemui saluran pemasar bersifat langsung dan tidak langsung. Melalui saluran pemasaran bersifat langsung produsen dengan skala gurem dan penyebaran sangat luas di daerah pedesaan memasrkan produknya langsung kepada konsumen dan memperoleh farmer share's sebesar 100% karena tanpa margin pemasaran. Pada saluran pemasaran bersifat tidak langsung ada 5 lembaga pemasaran berskala gurem beroperasi membentuk 3 tipe saluran pemasaran. Tipe pertama dari produsen ke pedagang pengumpul keliling kemudian ke pedagang pengumpul menetap / pengecer lalu ke konsume dan konsumen menerima ayam buras dalam bentuk hidup. Farmer share's 58,10% dari harga yang dibayar konsumen Rp. 4.932,77 per ekor. Tipe kedua dari produsen ke pedagang pengumpul keliling lalu ke usaha pemotongan kemudian ke pedagang pengencer menetap dan konsumen. Tipe salurani ini mendistribusikan ayam buras dalam bentuk karkas dan atau bagian karkas sesuai keinginan konsumen. Farmer share's 52,97% dari harga yang dibayar konsumen Rp. 5.409,92 per karkas. Tipe ketiga dari produsen ke pedagang pengumpul keliling kemudian ke usaha pemotongan lalu ke pedagang pengecer menetap dan seterusnya ke pedagang pengecer keliling dan konsumen. Tipe ini hanya menjual karkas ayam buras. Pada tingkat harga konsumen Rp. 6.059,07 per kakas, Farmer share's sebesar 47,30%. Kesimpulan penelitian ini adalah sistem pemasaran ayam buras di kotamadya blitar belum efisien, ditinjau dari bentuk ayam buras yang diterima konsumen dan besar farmer share's yang berkisar di antara 47,03 - 58,30%. Sistem ini terbentuk dari saluran pemasaran bersifat langsung dan tidak langsung dengan 5 lembaga pemasaran yaitu pedagang. Pengumpul keliling, usaha pemotongan pedagang pengecer menetap dan pedagang pnegecer keliling. Belum eifisiennya sistem tataniaga ayam buras ini terutama disebabkan oleh terlalu luasnya daerah penyebaran petani - peternak, produsen ayam buras dan terlalu kecilnya skala usaha yang dioperasikan, bnaik oleh petani - peternak, produsen maupun lembaga - lembaga pemasaran yang aktif, sehingga tidak mendapat manfaat economic of scale. Alternatif sistem tataniaga ayam buras yang telah efisien di kotamadya blitar dapat diciptakan dengan memperpendek saluran pemasaran melalui pembentukan dan pembinaan diversifikasi usaha bersifat vertikal secara berkelompok pada beberapa desa berdekatan, sehingga skala usaha yang dioperasikan mudah diperbesar dan dengan cara pemeliharaan lebih intensif. Cara ini secara otomatis akan memperbesar farmer share's. Kelompok usaha yang cocok diintegrasikan yaitu kelompok pembibitan, pembesaran, pembuatan pakan dan kelompok pemotongan. Produknya berupa karkas ayam buras yang dijual ke pasar - pasar kotamadya blitar.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)